Thursday 21 February 2013

[BeraniCerita #2] Tak Peduli


Gendis masih membolak-balik lembaran buku yang ada di depannya, setelah ia baca sampai akhir perlahan ia mencari kertas dan bolpoin lalu menulis ulang sebuah puisi apik duo antara Dewa dan HM Zwan.
            “izinkan aku meramumu dalam senja”
         ***
Meski ku tahu dan ku tak mau tahu
Tiap jengkal waktu kuramu setiap rasa yang jemu
Karena ku tahu itu karena ulahmu
Adakah secuil ramuan indah yang kau ramu untukku?
***
Bahkan aroma nafas tubuhmu tak lagi mampu kukecap
Hanya sekejap kau hadir untuk kembali berlalu
Sudikah berlama di dermagaku?
Hingga sempurna ramuan yang kau buat mampu kurasa
         ***
Sungguh, diantara luasnya mata memandang
Diantara ribuan gemerlap cahaya lampu neon
Hanya kau yang ada dalam silauan senja
Meski kicauan burung tak pelik terus menggodaku dalam remang
Percayalah, aku ada…hanya untukmu
***
Sekarang, dan saat ini
Ditemani secangkir kopi buatan kang japri
Aku masih meramumu dalam senja
Dengan romansa indah yang kita lalui bersama
Dengan indra perasaku, meski pahit
***
Duhai kau yang membuatku jatuh pada senja
Ramulah aksaramu, seindah yang kau mampu
Hingga mampu kuraba sebelum senja benar-benar berganti malam
Dan rona keemasannya berganti pekat...
***
            Yours…Gendis Pratiwi

Pagi-pagi Gendis sudah berada di kampus dan segera menelpon pak kurdi penjaga kampus untuk menemuinya. Sesampainnya pak kurdi di kantor fakultas kedokteran, Gendis memberikan pak kurdi sebuah amplop berwarna biru muda dan setangkai bunga mawar putih.
“pak kurdi…biasa,nitip buat Libert ya?? .”ucap Gendis sambil tersenyum
“siap bu Gendis yang cantik…”
                Tak lama setelah pak kurdi keluar dari kantor Gendis, ia melihat sosok Libert yang sedang memarkir sepeda motornya. Cepat-cepat pak kurdi berlari mendekati Liber  untuk memberikan amplop dan setangkai bunga mawar putih.
“mas Libert..ini ada titipan”
“dari siapa pak..??”
“biasa…bu dosen, bu Gendis”
Dengan malas Libert melihat amplop dan membacanya, dear Libert Abimanyu.
“yaelah pak,kan sudah beberapa kali saya bilang. Saya sudah menikah, ini buat pak kurdi ajalah”ucap Libert sembari berlalu
Dari jauh Gendis terlihat lemas melihat surat dan bunganya ditolak  oleh Libert,  ia sudah tidak peduli lagi padaku batinnya lirih. Sementara itu langit terlihat mendung, dari jauh suara petir terdengar lantang. Gendis Pratiwi, seorang dosen cantik dan juga wanita simpanan Libert berjalan dengan airmata bercucuran, ia  tidak memperdulikan muntahan hujan yang jatuh membasahi tubuhnya,iapun perlahan lunglai dan terjatuh.
#####
“ Flash Fiction ini disertakan dalam Giveaway BeraniCerita.com yang diselenggarakan oleh Mayya dan Miss Rochma."


5 comments:

  1. Huhuhu.... sedih bacanya mba... :)

    ReplyDelete
  2. gendis kirain cowok lho mbak, eeh kok simpanan nya ndak mau ambil suratnya yaa mbak :D #pukpuk bu gendis.

    ReplyDelete
  3. owalah ternyata sudah menikah. hihiihhii

    ReplyDelete