Saturday 7 December 2013

Bobor Lembayung



~…Bahagia itu sederhana...~

[episode repost karena tulisan ini hilang waktu blog eror ^^]
Siak…
Bahagia itu ketika pagi-pagi ke pasar, tiba-tiba mas kakang prabu menarik tangan saya (tsahhh,berasa lagi lihat adegan film Habibi Ainun,emang ada adegan tarik menarik???ngarang), lalu mendekati lapak ibu-ibu yang sedang duduk manis. Tangan gagah itu memilih satu persatu ikatan daun yang berjejer apik di sebelah kanan, ia mengambil empat ikat. Lalu, kekepoan sayapun mulai menjadi-jadi…
Apaan tuh mas?tanya saya
Lembayung dek
Heh??? (maklum pasar ramai)
Daun lembayung dek…
Ooowh….(padahal nggak tahu blas)
Setelah memborong banyak daun yang perikanya dihargai Rp 2000, kami melanjutkan belanja ikan, santan, tahu, tempe, cabai,apalagi ya…???banyak pokoknya hehe. Sampai kos-kosan saya bingung, itu lembayung senja #eh daun lembayung mau diapain ya. Setelah tanya nenek akhirnya saya memutuskan untuk memasak bobor lembayung, mau tahu resepnya. Yuk mari intip behind the wajan ala HM Zwan….

Bahan
Satu ikat daun lembayung (daunnya aja lo ya)
Daun salam
Sereh
Lengkuas
Santan
Ikan asin
Minyak goreng
Air
Garam
Gula
Kaldu ayam (kaldu ayam buatan sendiri/beli)

Bumbu halus
Bawang merah (suka-suka)
Bawang putih (suka-suka)
Cabe merah (suka-suka)
Cabe rawit (suka-suka)
Kemiri (suka-suka)

Cara Memasak
Ulek bumbu halus, tumis sampai harum masukkan daun salam, sereh, lengkuas, air. Biarkan sampai mendidih
Masukkan garam, gula, kaldu sesuai selera
Masukkan daun lembayung, biarkan sampai bau “anehnya” hilang. Bau aneh itu bau khas daun lembayung
Masukkan ikan asin dan santan diamkan 2 menit lalu angkat

Manteb tho???simpel bumbunya, simpel masaknya, rasanya juga maknyus pemirsah. Selamat menikmati…eh, selamat mencoba, semoga bermanfaat. ^^
Note : ohya, saya baru tahu daun lembayung ya kali ini, di Siak hahaha….*tepuk tangan*


***
Siak, 5/11/2013

Friday 6 December 2013

Cerita Gadis Cilik Berkerudung


Seringkali aku melihat wajahnya sayu
Entah apa yang ada dibenaknya
Aku tak begitu faham
Hampir setiap pagi ia merengek
Awalnya diam seribu bahasa 
Tetapi ketika sang ibu beranjak dari kursi
Perlahan isak tangis suaranya terdengar
Lirih namun bermakna
Seperti ada kata-kata yang ingin ia ucapkan
Tapi aku kurang begitu faham
Sampai akhirnya membeludak
Seperti air bah yang tiba-tiba datang tanpa diundang
/
Seringkali aku melihat wajahnya yang ayu
Bibirnya yang sedikit pucatpun tak tampak
Karena senyum lebar selalu menghiasi harinya
Tangan mungilnya selalu menggelayut saat sang ibu duduk 
Bahkan saat duduk di kursi sempitpun ia tetap setia
Katanya, satu hari saat ia bercengkrama denganku
Ia benci dengan ibunya
Ada apa, tanyaku terhentak
Ibu tak pernah lagi menciumku
Bahkan tak lagi menina bobokkan seperti malam-malam sebelumnya
Ucapnya sambil memainkan kelereng di tangannya
Sementara wajahnya tetap ayu tapi ada sayu yang menggelayut

***
Siak,6/12/2013
 

[hari ibu] Lomba Jalan Pbb

Siak
Dua hari yang lalu nenek cerita kalo di jalanan macet *bah,Siak macet???NGGAK mungkin!!!* hehe. Setelah cerita ternyata ada grak jalan alias jalan pbb, sontak saya memandang mas kakang prabu "lihat yuk mas???" tanpa babibu langsung mengiyakan ajakan saya. Ternyata memang ramai dan nggak macet kayak di Jakardah sih, lha wong kota Siak loh cuma sak umprit, kecil, banyak jalan dan jalannya mentok di kamu #eh ya disitu-situ aja hehe. Setelah parkir di dekat taman kota, saya mendekati jalanan. Sementara mas kakang prabu berdiri di ujung saya jalan ke tengah sambil sesekali menjepret peserta dan mendekai panitia, apalagi kalau nggak sksd dan kepoin panitia haha.  



Pas asik jepret, disamping saya ada beberapa cowok pakai baju dinas sambil membawa kamera kece gitu *errrrr*, entah tiba-tiba menanyai saya :
Kak, dari Dinas mana??
Heh??Dinas??
Iya,
Bukannn, saya blogger mas
Oooooowwh,blogger. Ini saya punya banyak foto yang di depan sana, kalau mau..(sambil memperlihatkan kameranya ke saya)
Hehehe..makasih mas,sudah ada kok disini (nunjuk kamera hp ^_^)


Setelah kepoin panitia, padahal dia sibuk ngurusin peserta yang mau jalan hehe. Ternyata acara jalan pbb ini dalam rangka memperingati hari ibu tanggal 22 desember 2013. Pesertanya dari jajaran kantor pemda seperti istri polisi, satpol pp dan masih banyak lagi. Sayang sekali saya datangnya agak telat, jadi hanya dapat beberapa peserta saja. Tapi nggak papa, better late than never!!




Rutenya keliling istana kota Siak,tapi lumayan loh kalau jalan kaki hehe. Sebenarnya bukan hanya grak jalan pbb saja lombanya, masih banyak lagi. Tanggal 22 desember masih jauh, tapi lombanya udah ada. Memang sih kota Siak ini sering banget ngadain acara, keren. Seneng deh bisa menikmati even yang menarik disini...^^
 itu istana Siak

Sampai juga di acara keren selanjutnya, kita tunggu ^^

***
Siak,6/12/2013

Thursday 5 December 2013

Nostalgia Dele Godog

Siak...
Kapan hari saya ke pasar, biasalah belanja harian. Memang sengaja saya pergi belanja sayuran tiap tiga hari sekali. Pas jalan-jalan di lapak sayuran, eh mas kakang prabu nengok sesuatu yang sepertinya asik untuk dinikmati pada saat musim hujan seperti ini. Apa tuh???dele godog...ada yang tahu???ada yang nyebut kedelai, ada juga kacang bulu (itu daerah mana sih???hehehe), dan kata teman di fb nama bekennya edamame. Beuh, edan tenan ya namanya hahaha. Tapi saya lebih enjoy dengan sebutan dele godog. Satu ikat harganya Rp 3000, lumayan banyak loh, itu yang sudah di godog (rebus). Yang masih mentah harganya Rp 4000, heh??nggak salah???nggak,beneran kok harganya segitu hehehe.

Dulu, waktu saya kecil sering banget makan dele godog. Apalagi pas nenek saya panen dele, beuhh....apa aja jadi deh, mulai dari cuma direbus sampai dibuat perkedel dele, enak loh. Tapi ya itu,pas di jemur banyak ulatnya huhuhuhu....kemarin saya beli satu ikat yang sudah di rebus, biar langsung dimakan buat sarapan hehe. Sampai kos-kosan nyesel deh, napa ya beli satu tadi???baiklah, besok lagi kalau ke pasar mari kita borong dele godong, yuhu...
Ada yang mau...???
heummm,yummieee....^^

***
Siak,5/12/2013

Wednesday 4 December 2013

Catatan Awal Desember


Desember sudah melaju,empat hari sudah aku memamah hari-hari dengan sejuta senyuman. Dari jendela tempat aku berdiri saat ini, perlahan kusibakkan tirai berwarna hijau pupus yang sudah usang. Di luar cuaca masih sendu seperti baru saja kehilangan sosok yang dicintai, wajahnya datar tanpa ekspresi. Tak ada satupun jejak kaki yang lewat, hanya suara rintik lembut dari atas gubuk.
 -
Hingga hari berlalu, aku tak melihat senyum yang merekah di wajahnya. Ini sudah empat hari, kata nenek diujung teras sambil mengibas-ngibaskan celana lucu berwarna biru. Jika saja dua jam saja ada kilatan senyum yang merekah, tentunya semua riang, begitu juga dengan nenek dan lautan kainnya. Tapi sudah empat hari tak ada perubahan, hanya sesekali nyiur angin menyapa itupun tanpa senyumah. Entah apa yang terjadi dengan semesta ini.
 -
Ya sudah, aku menutup kembali tirai yang sudah berdebu. Tak ada kawan untuk hari yang sudah beranjak dewasa kali ini, nenek tak ada suara, entah mungkin sedang menikmati teh manis dan seuntai rokok yang setia mengepul di bibir keriputnya. Ah, nenek. Sudah pukul sembilan, ada sesuatu yang harus kulakukan. Mematikan lampu dan menggantinya dengan lampu tidur, berharap esok aku melihat senyum merekah di wajah sang timur.

***
Siak,4/12/2013