“Bulan ingin pergi dari sini nek,lepasin ikatan ini….”
Entah berapa kali kalimat itu selalu keluar dari mulut Bulan setiap
harinya, air matanyapun tak henti-hentinya bercucuran. Sebuah rumah
tua, tepatnya di bagian ujung jalan melati hanya seorang nenek dan
gadis belia bernama Bulan yang tinggal di dalam rumah tersebut. Di
jalan itu hanya ada lima rumah yang jaraknya saling berjauhan, dan
hanya rumah nomor limalah yang berpenghuni. Nenek dan Bulan,ya hanya
mereka berdua.
“Bulan ingin pergi dari sini nek,lepasin ikatan ini….”
Wanita tua itu hanya duduk sambil terus melihat Bulan yang berada tak
jauh darinya, tak lama ia mengalihkan pandangannya ke jendela. Suara
rintihan Bulan masih saja terdengar samar. Tak banyak yang ia lakukan
di dalam rumah itu, pagi-pagi ia harus keluar rumah mencari bahan
makanan di belakang rumah yang sekiranya bisa ia makan dengan Bulan.
Lalu kembali duduk di kursi goyangnya sambil memandang Bulan.
****
“Bulan ingin pergi dari sini nek,lepasin ikatan ini….”
Hanya rintihan itu yang bisa aku ucapkan
Ya, inilah aku dengan ikatan lapuk di kedua tangan dan kakiku
Aku lelah dengan semua perlakuan nenek kepadaku
Jangan bilang aku gila
Aku tidak gila
Bulan tidak gila Nek,
Tak ada satupun orang yang sudi menjengukmu
Menjenguk???berjalan ke arah gang-pun tak ada yang berani
Merintihpun aku tak mampu
Apalagi berteriak meminta tolong
Terbuat dari hati apakah kamu Nek?
Lepaskan aku,
Bulan tidak gila Nek,
(Maka disinilah aku sendiri sekarang menatap cakrawala, dan menitipkan sebuah doa yang penuh harapan untuk hari esok)
“Tuhan, kiranya Kau tahu apa yang kurasakan saat ini…aku lelah,”