Showing posts with label fiksi. Show all posts
Showing posts with label fiksi. Show all posts

Friday 30 November 2012

Feym



Padang,28 november 2012

Dari belakang jendela tempat aku bekerja,sepertinya udara diluar cukup segar untuk dihirup. Tidak seperti ditempat aku duduk sekarang,heumh cukup dingin karena pendingin itu tepat berada diatas saya. Aku feym kinanti, teman-teman kantor memanggilku feym. Aku bekerja di sebuah perusahaan besar yang berkecimpung didunia advertising,dan aku sangat menikmatinya. Karena gaji besar,ya pastinya tapi bukan karena itu semata. Sekitar tiga tahun yang lalu aku hampir dibuat gila dan stress tingkat tinggi dengan pekerjaanku ini,aku tidak tahu sama sekali tentang dunia ini. Hingga akhirnya ada satu orang yang dengan tulus membantuku sampai aku bisa duduk diposisi saat ini,dia arya.
Sewaktu aku duduk dibangku SMA kelas XII,saat itulah aku pertama kali merasa nyaman dengan datangnya seorang guru baru yang entah mengapa saya sering dipanggil oleh guru tersebut,dia bu padmi. Mulai saat itulah selama 17 tahun, baru kali ini saya menemukan orang tua saya yang hilang sejak saya lahir yaitu pelukan bu padmi. Bagaimana tidak,sejak kecil saya hidup dengan sopir. Ibu saya seorang dokter kecantikan yang memiliki cabang di kota-kota besar yang ada di Indonesia,sedangkan ayah adalah seorang pelaut. Setiap enam bulan sekali dia pulang. Untuk memelukku, itupun tidak sempat karena terlalu disibukkan dengan gadget yang ada ditangannya. Sedangkan mama, berangkat tak diantar pulangpun tak dijemput. Sesekali saya kirim bbm tapi tidak dibalas,itupun karena disuruh oleh bu padmi. Tidak hanya sekali tapi berkali-kali sampai tangan ini rasannya seperti ingin aku penggal karena ulah bu padmi yang menyuruh saya untuk mengirim bbm ke ibuku,aku muak.
Kata bu padmi aku harus sabar,sampai saat ini aku duduk di kursi yang diidam-idamkan oleh seluruh karyawan ibu dan ayahkupun tidak tahu. Biarlah,karena mereka terlalu memuakkan untuk aku pikirkan. Setelah bu padmi,datanglah arya. From the bootom of my heart,thank you so much… Dialah pelipur laraku, belahan jiwaku. Ah,terlalu berlebihan jika aku menyebutnya sebagai belahan jiwaku. Ya seperti manusialah yang terkadang menginginkan datangnya musim hujan tapi disaat musim hujan datang berteriaklah mengiginkan musim kemarau, parah.
Sepertinya hidupku biasa saja,tidak ada yang special. Meski arya ada disampingku disaat matahari terbenam hingga matahari terbit,aku nyaman dengan kadaaanku saat ini. Bagaimana tidak,mungkin ini sudah suratan takdir yang membawaku sama seperti ibuku dulu. Berkeliling kota ditemani pujaan hatinya, dan saat ini ia berada disampingku. Ya,dia arya…aryadewi.
Kata orang dunia ini panggung sandiwara. Peran manalagi yang harus saya mainkan?
(Granito Ibrahim)

Hm Zwan,30 november 2012

Monday 10 September 2012

[FF100K]Ah,Mas Hans...



Entah ada kabar apa tiba-tiba saja mas hans lewat depan kos-kosan zwan, seperti biasa pukul 16.30 zwan selalu setia menyiram bunga mawar merah yang ada di samping kamar kosnya..
”Ehm,apa kabar zwan??” sapa mas hans dengan gayanya yang khas
”Eh, mas hans…alhamdulillah baik mas,tumben ada apa gerangan kesini??” jawab zwan dengan sedikit heran
”Jalan sore aja zwan, nengok gadis petualang…lama nggak pernah nongol sih”
”Hehehe…g kemana-mana,ngajar aja mas”
”Ih zwan,sekali-kali dong ngajarin aku…masak ngajarin anak-anak desa mulu”
”hahaha…ngajarin apa mas,lha wong dah pinter gitu…”
”Ajarin aku tentang cara jitu untuk berpetualang di hatimu zwan…”
Hehhhh????
Twing…dwing…zwing…GUBRAKS!!!

Monday 6 August 2012

Bulan

“Bulan ingin pergi dari sini nek,lepasin ikatan ini….”
Entah berapa kali kalimat itu selalu keluar dari mulut Bulan setiap harinya, air matanyapun tak  henti-hentinya bercucuran. Sebuah rumah tua, tepatnya di bagian ujung jalan melati hanya seorang nenek dan gadis belia bernama Bulan yang tinggal di dalam rumah tersebut. Di jalan itu hanya ada lima rumah yang jaraknya saling berjauhan, dan hanya rumah nomor limalah yang berpenghuni. Nenek dan Bulan,ya hanya mereka berdua.
“Bulan ingin pergi dari sini nek,lepasin ikatan ini….”
Wanita tua itu hanya duduk sambil terus melihat Bulan yang berada tak jauh darinya, tak lama ia mengalihkan pandangannya ke jendela. Suara rintihan Bulan masih saja terdengar samar. Tak banyak yang ia lakukan di dalam rumah itu, pagi-pagi ia harus keluar rumah mencari bahan makanan di belakang rumah yang sekiranya bisa ia makan dengan Bulan. Lalu kembali duduk di kursi goyangnya sambil memandang Bulan.
****
“Bulan ingin pergi dari sini nek,lepasin ikatan ini….”
Hanya rintihan itu yang bisa aku ucapkan
Ya, inilah aku dengan ikatan lapuk di kedua tangan dan kakiku
Aku lelah dengan semua perlakuan nenek kepadaku
Jangan bilang aku gila
Aku tidak gila
Bulan tidak gila Nek,
Tak ada satupun orang yang sudi menjengukmu
Menjenguk???berjalan ke arah gang-pun tak ada yang berani
Merintihpun aku tak mampu
Apalagi berteriak meminta tolong
Terbuat dari hati apakah kamu Nek?
Lepaskan aku,
Bulan tidak gila Nek,
(Maka disinilah aku sendiri sekarang menatap cakrawala, dan menitipkan sebuah doa yang penuh harapan untuk hari esok)
“Tuhan, kiranya Kau tahu apa yang kurasakan saat ini…aku lelah,”