Sunday 29 September 2013

Sebuah Pengalaman Sulitnya Mendapatkan Air (Lomba penulisan kreatif #FestivalMedia2013)

Air, bicara masalah air tentunya sangat berhubungan erat dengan kebutuhan kehidupan kita sehari-hari, mulai dari makanan, minuman, mandi, bahkan badan kitapun 55-75 % terdiri dari air tergantung dari ukuran badan masing-masing orang. Membahas tentang air, saya jadi teringat saat bulan agustus yang lalu saya dan suami jalan-jalan ke pulau Belakang Padang yang ada di Batam, salah satu pulau kecil yang sudah mulai banyak penghuninya. Saat saya ingin ke kamar mandi sempat bingung mencari kamar mandi umum, saat itu saya berada di salah satu pantai pasir putih yang ada di pulau tersebut. Biasanya di dekat pantai pasti banyak sekali kita temukan kamar mandi umum di sekitar pantai, tapi ini tidak. Saya sempat kebingungan karena ingin buang air kecil, sampai akhirnya saya bertanya kepada salah satu pemilik warung yang ada di sekitar pantai. Mereka menunjukkan saya kamar mandi yang ada di atas bibir pantai, dari jauh saya lihat ada tiga kamar mandi. Tapi sebelum saya berjalan menuju kamar mandi tersebut pemilik warung menyuruh saya utuk membawa air dari tong besar, sempat bingung lagi. Dan akhirnya bapak tersebut bilang bahwa air membawa sendiri dari sini (tempat kami berdiri tepat depan tong besar), setelah selsai dari kamar mandi saya da suami sempat mencari tahu kondisi tersebut. Ternyata untuk mendapatkan air bersih mereka masih menggunakan cara lama yaitu dengan menampung air hujan langsung saat musim hujan tiba, pantas saja dimana-mana banyak tong berukuran besar. Baru tahu fungsinya untuk menampung air hujan, untuk satu ember dikenai biaya Rp 1000,00. Bisa juga mandi di kamar mandi dalam (rumah pemilik warung), untuk itu perorang dikenai biaya Rp. 5000,00. Baiklah,pengalaman pertama susahnya mencari kamar mandi dan mandi dengan bebas...

Ini tong besar penadah air hujan...doc.pribadi

Jika bulan agustus yang lalu saya sempat di kagetkan dengan kondisi daerah yang mana untuk mendapatkan air bersih itu sulit dan harus dengan cara menampung air hujan, saat ini saya juga mendapatkan cerita yang berbeda. Selamat datang di Siak...
Pertama kali melihat kamar mandi umum di tempat saya ngekos yang khusus untuk mencuci pakaian, saya sempat dibuat penasaran dengan pipa plasik ukuran besar yang ada di kamar mandi. Setelah saya mencari tahu asal usul pipa plastik tersebut, ternyata ketika saya keluar kamar mandi saya menemukan jawabannya. Dalam batin saya bilang owhhhh....ternyata nadah air hujan juga disini. Sampai pada pagi hari saya duduk dengan nenek (ibu dari bapak kos), beliau bercerita bahwa di desa ini masih ada yang menampung air hujan termasuk keluarga bapak kos. Dulu ketika air pam belum masuk mereka mencari air bersih dengan cara menampung air hujan, tapi sekarang sejak kota Siak sudah maju air pam mulai masuk dan mereka bisa mendapatkan air bersih sesuai dnegan yang mereka harapkan, meski sesekali aliran air pam terkadang masih berwarna cokelat tapi sesekali saja. Alhamdulillah..meski begitu, mereka tetap masih menggunakan pipa penyaringan untuk menadah air hujan. Sayang juga kan di lepas begitu saja pipanya...

Jika di pulau Belakang Padang Batam dan Siak masih bisa mendapatkan dnegan mudah air, entah itu air laut atau sungai tapi kali ini saya mempunyai pengalaman yang lebih menyedihkan dari itu. Tahun 2007 yang lalu, saat itu saya PKL di salah satu kota Ponorogo, tepat desanya di kaki gunung rajegwesi. Sungai ada tapi air tidak mengalir seperti layaknya air sungai, sesekai mengalir sedikit dan itupun langsung dipakai. Untuk mendapatkan air bersih warga desa harus mengantri di kamar mandi umum (tandon), itupun harus mengantri. Jika air habis ya sudah saya dan teman-teman harus mencari dan mberjalan ke rumah-rumah yang memiliki saluran air berupa pipa kecil untuk sekedar buang air kecil ataupun wudhu, itupun jika airnya mengalir. Jika tidak mengalir terpaksa saya dan teman-teman harus tayamum dan menunggu waktu maghrib untuk mandi. Kebetulan air mengalir satu hari tiga kali, pagi, siang dan sore jelang maghrib. Lagi-lagi itupun antri....Ya Allah,betapa air itu susah kami dapatkan di desa ini...

Sungguh, dari pengalaman-pengalaman inilah saya menyadari pentingnya sebuah air untuk kebutuhan hidup sehari-hari, konon tubuh kita membutuhkan air berliter-liter untuk kebutuhan tubuh sendiri, disisi lain air yang tumpah ruah kemana-mana, tapi di sisi lain air bagi sebagian banyak masyarakat merupakan nafas bagi kehidupan mereka. Maka, kurang bersyukur apalagi kita bisa minum satu teko dalam kurun satu jam...

***
Siak, 29 september 2013





6 comments:

  1. Beruntung sekali saya dan lingkungan yang saya tempati masih sangat tercukupi untuk mendapatkan air bersih guna memenuhi kebutuhan saya dan keluarga.

    Thanks Mbk, artikelnya mengena sekali sebagai bagian dari sadar lingkungan.

    Salam persahabatan dari Jember.

    ReplyDelete
  2. betul, air itu penting. masih bisa menikmati air bersih sangat patut disyukuri :)

    ReplyDelete
  3. Hiks ... baca yang kayak gini menyentil saya mbak ... rasanya masih suka menyia2kan air yang mash bisa saya dapatkan dengan mudah ...

    ReplyDelete
  4. Iya saya juga kesentil. Apakagi kalo lupa matiin keran kamar mandi :(

    ReplyDelete
  5. wahh,... harus berhemat air nih, jd inget si mpok kalo nyuci itu air kdg sampe luber kemana-mana :(

    ReplyDelete
  6. pas bgt nih! dah sebulan ini kantorku kekeringan. Air ga ngalir. Pdhl ktrku ada di jakarta loh. Gara2nya kanan kiri belakang kantorku dibangun gedung2 tinggi pencakar langit, akibatnya airnya kesedot kesana smua. Dan kantorku yg mungil ga kebagian air :(((
    Dan aku ngrasain putus asa bgt hidup tanpa air .. huhuuu

    ReplyDelete