Traveling is one of my great passions, and something I do a lot of
~Sabrina Lloyd~
Setelah naik pompong selama kurang lebih 10 menit, akhirnya sampai juga di Kampung Bertuah. Sempat beberapa kali ngobrol dengan bulek yang sudah lama tinggal di sini, saya kira awalnya ini pulau, karena untuk kesini kita harus nyebrang terlebih dahulu. Ternyata bukan, lha terus kalau bukan pulau apa ya??. Ya sudahlah, pokoknya daerah Kampung Bertuah ini luas. Jangan heran kalau sampai sini tidak ada mobil ataupun truk, apalagi bis, nggak ada. Selama perjalanan menuju rumah bulek, saya sempat mbatin dan tanya ke suami, "ini kok jalannya sempit banget mas??kapan lewat jalan lebar". Dengan santai suami menjawab, "Disini jalannya ya kayak gini", wakz, lumayan kaget juga. Jalannya sempit, banyak yang rusak, cukup buat dua sepeda motor, dan dibuat ngebut juga loh sama anak-anak muda, ya ampunnn.
Yeay,sampai juga di Kampung Bertuah
Ini jalannya...beda banget kan sama Siak hehe
Kelihatan lebar ya kalau di foto,padahal pas untuk dua sepeda motor
Ribuah pohon kelapa dan jambe
Sambil melihat kanan kiri, keadaan dan lingkungan Kampung Bertuah. Sesekali melihat banyak sekali lahan yang ditanami pohon kelapa dan pinang atau jambe. Ternyata, dua pohon itulah yang banyak tumbuh di daerah sini. Istilahnya, mayoritas masyarakatnya memiliki tanaman pohon kelapa dan pinang. Biasanya hasil dari buah kelapa dikirim ke pabrik untuk dijual, buah kelapa diasap, dicungkil isiny, jadilah kopro. Bahan utama membuat minyak kelapa, itupun jika panennya banyak. Tapi jika sedikit biasanya dijual di pasar. Dan saya sempat heran, ketika banyak kulit pohon kelapa dan jambe yang berjejer rapi di depan rumah warga, tau nggak untuk apa??untuk menimbun air bekas banjir. Jadi, di Kampung Bertuah ini sering banjir jika air laut pasang atau ketika turun hujan. Banjirnyapun tidak main-main, kadnag sampai sedengkul.
Kalau buah kelapa dibawa ke pabrik untuk bahan utama minyak sayur, maka buah pohon pinang atau jambepun tidak ketinggalan. Biasanya kalau panen buah pinang, buahnya dijemur dulu, lalu dicongkel dan dibawa ke pabrik untuk dijual sebagai bahan pewarna. Ketika saya tanya beberapa warga yang sempat berkenalan, biasanya buah jambe untuk pewarna tekstil bukan untuk bahan pewarna makanan.
Tuh kan??pohon kelapa dan pinang
Ini tukang sayur
Serba serbi Kampung Bertuah
Selain jalan yang sempit, banyak pohon kelapa dan pinang. Di Kampung Bertuah masyarakatnya dari mana-mana, ada Jawa, ada Bugis, ada Banjar, dan Melayu. Sempat saya bingung pas mendengarkan bulek dan teman-temannya ngobrol, salah satunya, ngobrol pakai bahasa jawa tapi kok tiba-tiba ditengan percakapan ada bahasa lain yang tidak saya kenali. Sampai rumah saya tanya ke bulek, ternyata temannya itu orang Banjar, jadi ngomongnya pakai bahasa campur-campur, ya bahasa jawa, ya bahasa banjar hehehe. Seru ya ternyata, bisa belajar banyak bahasa nih kalau tinggal lama di Kampung Bertuah. Jangan tanya masalah air, mayoritas setiap rumah pasti punya tandon untuk menampung air hujan. Air mandi warnanya seperti air teh atau air laut *lihat gambar paling atas*. Sempat takut gatal-gatal, tapi alhamdulillah aman sentosa hahaha.
Kulit buah kelapa dan pinang untuk menimbun air bekas banjir^^
Air mandi di Tembilahan,kayak teh^^
Empat hari di Kampung Bertuah, seru, pengalaman baru bisa berkunjung ke daerah seperti ini. Awalnya tidak ada banyangan kalau daerahnya seperti ini, tapi pengalaman yang menyenangkan. Seru pokoknya....semoga bisa #exploreriau dan Sumatera aamiin.
Ada yang mau sponsorin saya dan suami #exploresumatera???hayyukk...dengan senang hati hahaha
*****
Ini juga seru...