Thursday 28 January 2016

Serba Serbi Pernikahan di Desa & Kota


Kemarin ada tetangga satu blok yang ngadain pernikahan, tempatnya bukan di gedung tapi di rumah. Kebetulan samping rumah tetangga yang ngadain hajatan dekat dengan jalan utama I di komplek perumahan, jadi otomatis jalan utamanya disewa untuk tenda pernikahan. Saya dapat undangan, kebetulan nggak bisa datang pas temu mantennya, jadi datangnya sore pas resepsi pernikahan. Ini baru pertama kali saya ngehadiri undangan pernikahan (formal) di Batam, beberapa kali datang diacara serupa tapi cuma tasyakuran biasa. Karena pada umumnya pendatang di Batam menikah di kampung halaman masing-masing, kembali ke Batam hanya tasyakuran saja, ngundang teman-teman kerja dan tetangga. 

Sore hari sepulang dari acara resepsi pernikahan tetangga, saya pulang dengan wajah sumringah, maklum pulang dengan perut kenyang hehehe. Sembari menyapa baby K, saya menaruh sovenir berupa bros bunga yang dikemas di dalam kotak mika. Ibu yang kebetulan sedang duduk di ruang tamu kemudian bertanya "loh, iku oleh-olehe teko manten?? (loh, itu aja oleh-oleh dari acara pernikahan??)". "Enggeh, iki sovenir buk. (iya, ini souvenir buk)", "Lah, endi berkate??(lah, mana berkatnya??), "Nggak nok buk, ndek kuto gak nok berkat-berkatan, mek mangan tok. (nggak ada buk, di kota nggak ada berkat, cuma makan saja). Hiiiyaaa, jauh-jauh ke Batam ternyata yang dicari ibu saya adalaha berkat hehehehe. 

Pernikahan di Desa
Pernikahan di desa sudah dipastikan meriah dan ramai, ada yang acaranya hanya resepsi biasa. Ada juga yang malamnya mengadakan acara ramai-ramai atau nanggap, misalnya ada acara pengajian mengundang kiyai dan lain-lain.  Beberapa hal yang berhubungan dengan kebiasaan yang dilakukan  sebelum acara resepsi pernikahan di desa, diantaranya:
1. Membuat kue 
Bagi orang jawa, membuat kue adalah hal yang harus dipersiapkan jauh-jauh hari. Biasanya yang punya hajat sudah membuat kue satu minggu sebelum resepsi pernikahan. Biasanya membuat kue kering, seperti kue semprit, marning kacang, dan lain sebagainya. Empat hari sebelum hari H biasanya membuat jenang dan madu mongso. Tiga hari sebelum hari H membuat bumbu masak, seperti bumbu soto, rawon, mie, tumisan dan goreng kerupuk. Satu hari sebelum hari H membuat kue basah untuk weweh atau diantarkan ke tetangga/saudara, acara tahlilan dan resepsi pernikahan. 
2. Sego gurih
Biasanya dilakukan satu hari sebelum hari penikahan, mengundang tetangga dan sanak saudara untuk membaca do'a atau tahlilan setelah shalat isya'. 
3. Resepsi pernikahan dan berkat
Setelah acara akad nikah dilanjutkan dengan acara resepsi. Ada yang akad nikahnya satu hari sebelum resepsi, ada juga yang akad nikahnya sebelum resepsi pernikahan. Seperti acara resepsi pada umumnya, temu manten, sambutan dan acara terakhir ramah tamah. Kalau di Jawa, ketika tamu datang biasanya diberi kotak kue, ada yang kuenya dobel (di kotak dan di meja tempat duduk tamu). Setelah acara ramah tamah dilanjut dengan foto dan pulang dengan membawa berkat. Berkat itu oleh-oleh dari acara undagan (tahlilan/slametan/pernikahan dll), berupa nasi dan lauk pauk serta satu kotak berisi macam-macam kue basah.

Pernikahan di Kota
Umumnya orang kota mengadakan pernikahan dengan menyewa gedung, alasannya karena tinggal di perumahan yang lahannya terbatas sedangkan tamu undangannya banyak, ingin lebih praktis (semua diserahkan ke EO), dan lain sebagainya. Beberapa hal yang berhubungan dengan pernikahan di kota diantaranya:
1. Semua diserahkan di EO
Istilahnya terima jadi, semua diurus oleh EO, mulai dari gedung sampai makanan.
2. Di urus sendiri
Kalau pakai jasa EO, semua urusan diserahkan pada mereka, kita tinggal meeting dan memantau saja. Tapi kalau diurus sendiri biasanya lebih ribet, apalagi yang rumahnya di perumahan, lahannya tidak seluas seperti di desa. Kebetulan tetangga kemarin menyewa dua rumah, satu rumah untuk tidur tamu dan satunya lagi untuk tempat memasak. 
3. Panitia
Biasanya melibatkan tetangga satu blok, kebetulan saya tidak hadir jadi tidak jadi panitia, maklum punya baby yang usianya baru satu bulan jadi nggak bisa diajak sibuk hehehe. Kurang lebih dua puluh tetangga yang terlibat, untuk seksi konsumsi (penjaga meja prasmanan) dan seksi penerima tamu undangan.
4. Makanan
Urusan makanan saat resepsi pernikahan di kota, umumnya lebih simpel. Ada yang memakai kue untuk snack, ada yang tidak, hanya makan nasi dan lauk saja. Pulang tidak membawa berkat seperti pernikahan di desa, hanya mendapat souvenir, misalnya bros atau gantungan kunci.

Namanya juga pernikahan di desa dan di kota, selalu ada saja yang berbeda. Mulai dari soal tempat resepsi, kebiasaan yang dilakukan sebelum hari H, sampai soal berkat hehehe. Tapi, terkadang memang ada yang hilang atau ganjil gitu ketika tiba-tiba pulang dari resepsi pernikahan tidak membawa berkat hehehe. Mau nggak mau jadi mendadak rindu berkat hehehehe.



****



18 comments:

  1. saya paling suka kalau resepsi nikah di desa...ubruk istilah jogjanya...tetangga pada berdatangan untuk nyinom..dan di sinilah pentingnya untuk meningkatkan jalinan kekeluargaan dan kerukunan antar warga

    ReplyDelete
  2. Kalau saya lebih suka acara pernikahan di desa, soalnya silaturahmi antar warganya kental sekali apalagi pas acara rame nya kadang sampe pagi

    ReplyDelete
  3. Sampai sekarang saya masih senang resepsi ala desa. Karna masaknya kroyokan, dan menunya bedaaa baanget sama cateringan yang sudah hafal :)

    ReplyDelete
  4. saya rindu menyaksikan resepsi ala desa. waktu saya esde dan tinggal di bandung sumedang masih ngerasain acara nikahan ala desa. seru. kerasa kekeluargaannya.

    sekarang di angkatan usia saya, semua udah pake gedung dan EO rata2

    ReplyDelete
  5. Saya resepsi dua kali. Di Cilegon dan Surabaya. Yang Cilegon di gedung yang Surabaya di rumah tapi semua dikerjakan sendiri. Hihihi. Sego gurih itu menyenangkan banget dulu Mbak. Jadi kangen masa waktu orang punya hajat masih minta tolong ke tetangga.

    ReplyDelete
  6. Ahihihi... tempat saya di desa aja skrg udah banyak yg niru kota loha mbak, ga pake berkat-berkatan...

    ReplyDelete
  7. Di desa yg dpt berkat ibu2. Kalo tamunya yg nikah dpt sovenir

    ReplyDelete
  8. di desaku masih ada berkat, tapi mi instan..hiiii...

    ReplyDelete
  9. Di Kediri juga udah jarang pakai berkat. Rata2 cuma snack dan souvenir aja.

    ReplyDelete
  10. Nikah di desa lebih lamaa dan lelah hihihihi, kalau di gdung kan maksimal dua jam ya

    ReplyDelete
  11. Kalau pernikahan di desa itu terasa banget kekeluargaannya yah, hehe

    ReplyDelete
  12. saya nikahan di kampung, semuanya dibantu saudara dan tetangga...:)

    ReplyDelete
  13. iya mbak.. contohnya aja di Perawang ini.
    klo Di Perawang cuma menganut bawa pulang souvenir...tapi kalau didaerah perawang barat sana,lewat lagi dari pabrik ikpp nanti ada desa..jauuuhhh ujuuung membelaah hutan...ada desa kecil namanya mandau,sukajaya,pesta disana masih ada bawa berkat,banyak pula itu..heheh

    apalagi klo yg dtg tamu khusus

    ReplyDelete
  14. Kalau berkat biasanya khusus perempuan, laki-laki jarang banget ada yang ngasih. Kecuali emang khusus. ;D

    ReplyDelete
  15. Lebih asik di desa, makanannya mantap

    ReplyDelete
  16. iya sama..di desaku gitu juga mbak :)

    ReplyDelete
  17. owh... berkat biasanya di dapat kalauuu yg merit masih sodara atau temen deket... hahahaha... Kl di kota semua maunya ringkes, kes, kes... Aku msh inget awal tahun 80-an ketika kado pernikahan berubah jadi angpao... Pas acara pernikahannya rada di pinggir kota...berasa gak enak banget dilihatin cuman bawa amplop :))))))))

    ReplyDelete