Pernah satu hari saya pulang dari bermain (waktu itu kelas IV MI), sampai rumah dengan mengendarai sepeda ontel pas maghrib, saat itu adzan. Abah sudah berdiri di musholla samping rumah, anak-anak panti sudah duduk rapi di dalam musholla. Waktu itu saya dengan santai masuk gerbang halaman, dan seketika abah berjalan ke arah saya. Saya loncat dari sepeda dan lari sekencangnya ke taman belakang, di tangan kanan abah sudah ada kayu rotan. Saya tetap berlari ke samping kanan kamar anak panti putri, abah berjalan cepat ke arah saya, tiba-tiba ibu berteriak sambil menangis "sudah bah..sudah...magrib ini..!!!", tapi abah tidak menghiraukan teriakan ibu. Saya menangis sambil terus berlari masuk ke kamar mandi, abah sudah di musholla dan untugnya ibu dengan setia menunggu saya keluar kamar mandi.
Orangtua mana yang tidak marah, saya mulai pagi sampai maghrib bermain sepeda dan tidak pulang sama sekali. Pulang-pulang adzan maghrib, pastilah orangtua manapun marah. Apalagi abah saya, tapi satu-satunya pahlawan pembela saya adalah ibu. Ya,semua beres kalau ada ibu...ibuku adalah pahlawanku...pahlawan bagi anak kecil yang nakal seperti saya, anak kecil yang bandel seperti saya....
bukan pada desember aku mencium kakimu
bukan pada tanggal dua-dua aku mengucapkan sayang padamu
pada tiap minggu pagi atau sesuka hati
tanpa meminta izinmupun aku rela mencium kakimu diam-diam
menciummu tiada henti
mulai dari dahi, hidung, pipi, bibir
meski jarak membentang jauh
ibu, bolekan aku memelukmu???
***
Siak,22/12/2013