Sore semua, TOMKUU ngadain giveaway loh. Caranya cukup gampang cuma menuliskan tulisan yang berbau review aja kok.Tau acara ini dari beberapa teman yang iku ada Una, mimi Radial, sama mbk Lidya. Ini dia linknya..
Wisata
http://akizeyek.blogspot.com/2012/12/barelang-im-coming.html
http://akizeyek.blogspot.com/2011/11/menikmati-segarnya-air-terjun-cuban.html
Kuliner
http://akizeyek.blogspot.com/2012/12/mi-tarempa.html
http://akizeyek.blogspot.com/2012/12/luti-gendang.html
Tradisi
http://akizeyek.blogspot.com/2011/11/tradisi-mbubak-jelang-pernikahan.html
Seputar dunia remaja
http://akizeyek.blogspot.com/2012/07/anjani_12.html
http://akizeyek.blogspot.com/2011/02/bulliying.html
Kesehatan (back to nature)
http://akizeyek.blogspot.com/2012/08/sehat-dengan-bawang-putih.html
http://akizeyek.blogspot.com/2011/11/resep-alternatif-pengganti-kunci-pada.html
http://akizeyek.blogspot.com/2013/01/back-to-nature.html
Seputar dunia anak
http://akizeyek.blogspot.com/2012/09/kalau-mau-pipisbilang-dulu-ya.html
http://akizeyek.blogspot.com/2012/08/tiba-tiba-menangis-histeris.html
http://akizeyek.blogspot.com/2013/02/antara-shower-gayung-dan-toilet-training.html
Showing posts with label giveaway. Show all posts
Showing posts with label giveaway. Show all posts
Saturday 16 March 2013
Tuesday 5 March 2013
Iki Ceritoku [Episode Cinta Bahasa Daerah]
Episode
Tukang Jamu
“Jamu
beras kencur buk”
“ndamel
pait mboten?” (pakai yang pahit nggak?)
“mboten
buk,biasa mawon” (nggak buk yang biasa aja)
“setunggal
maleh ndamel pait buk” (satu lagi pakai pahit buk)
“damel
sinten nduk?” (buat siapa nak?)
“damel
mas buk..” (buat mas ”suami” saya)
***
Bagi saya jamu itu nikmat, saya kira
pindah di Batam tidak lagi menemui tukang jamu seperti yang ada di Jawa. Lha kok ada hehe…seneng deh.
Episode Siswa Baru TK “K1”
Beberapa hari yang lalu ada kejadian
yang sangat membuat saya tidak akan terlupakan sampai kapanpun, ada siswa baru
dari Surabaya namanya Joshua. Kebetulan kelas K1 tidak jauh dari ruangan saya
hanya jarak satu kelas. Dari ruangan saya terdengar tangisan dan teriakan dari luar.
“Emoh…emoh…”
“Ojo ngunu..”
E eh, saya kok semakin penasaran
dengan suara anak di luar yang membuat saya ketawa cekikikan di dalam ruangan, spontan saya keluar untuk melihat suara
tersebut. Anak usia 4 tahun, wajah cina, tidak ada sama sekali kelihatan orang
Jawa. Tapi celetukannya itu yang membuat saya tertawa, bagaimana tidak tertawa
teman saya yang menggendong Joshua pun tidak tahu anak ini bicara apa.
“sopo jenengmu
le…”(siapa namamu nak “untuk anak lelaki”)
“hickz hickz…”Joshua
melihat saya
“Je je jenegku
Joshua..” (namaku Joshua)
Hahahahaha, ada-ada aja ulah anak di
sekolah ini. Jadi setiap Joshua ketemu saya pasti saya ajak berbicara pakai
bahasa jawa, cara bicaranya itu loh yang bikin saya ngakak kalau ketemua anak
ini. Meskipun saya jauh di Batam tapi tetap mencintai dan menggunakan bahasa
jawa,apalagi jika sudah bertemu dengan orang jawa pasti secara otomatis kami
menggunakan bahasa jawa.
PS : Jangan malu
untuk menggunakan bahasa daerah ya teman-teman
"Postingan ini diikutsertakan di Aku Cinta Bahasa Daerah Giveaway"
Wednesday 27 February 2013
[Balada Perantau] Dari Jombang Sampai Batam
Bicara
soal rantau merantau, dari kecil saya sudah jauh sama orangtua. Mulai usia
taman kanak-kanak hingga sekarang, untuk itu satu persatu tempat akan saya
uraikan dengan baik sesuai dengan ingatan tajam saya untuk hal itu.
Taman
kanak-kanak hingga SD
Berawal
ketika bangun tidur saya tiba-tiba saja menagis histeris minta di pondokin, sampai-sampai
ibu dan abah saya bingung, sampai akhirnya paman saya membujuk orangtua saya
untuk membawa saya ke salah satu pesantren yang ada di daerah Mayangan Jombang.
Dari sinilah saya belajar banyak hal, bangun tidur pukul 04.00, jika tidak
bangun siap-siap saja ada cipratan air dari pengurus kamar, kebetulan mandi
masih dimandikan karena masih usia 4 tahun. Selain belajar tentang kemandirian
sejak usia dini, saya juga belajar agama yaitu hafalan al-qur’an. Ada satu
tanda sebangai tanda kenang-kenangan dalam hidup saya yang tidak akan bisa
terhapus yaitu hidung saya ada bekas jahitan, karena main timba jaman dahulu
yang masih pakai pompa.
SMP
dan SMA
Setelah
lulus SD abah saya langsung membawa saya ke Ponorogo dan memasukkan saya ke salah
satu pesantren putri di daerah Jetis. Disinilah kenangan manis terurai,
sepertinya tidak ada kenangan pahit yang saya ukir di pesantren ini selama 7
tahun. Aktivitas di pesantren ini dimulai dari pukul 04.00-22.00, dari
peristiwa-peristiwa yang paling saya ingat adalah kalimat yang diucapkan oleh
adik kelas saya “ukhti HM ya,terkenal tuh…”.
Kebetulan saya di pesantren dipanggil HM karena nama saya banyak yang sama
akhirnya alternatifnya adalah sebutan HM. Di pesantren ini komunikasinya
menggunakan dua bahasa yaitu satu minggu bahasa arab-satu minggu bahasa
inggris, jadi ketika kami tidak menggunakan bahasa arab maupun inggris satu
katapun maka ada mata-mata yang menulis nama kita dan akhirnya masuk dalam
catatan siswa pelanggar bahasa. Dan saya menjadi salah satu nama dari sekian nama
teman-teman yang sering melanggar bahasa, jika tidak melanggar bahasa pasti
melanggar kebersihan (hehehe ampun deh).
Jika
sudah melanggar bahasa, maka siap-siap saja dengan hukuman yang sudah berlaku
yaitu shalat dhuha saat istirahat pertama, istirahat kedua keliling lapangan
sekolah sambil menjinjing munjid (kamus
bahasa arab yang tebal), setelah shalat
ashar bersih-bersih entah membersihkan masjid, kantin, kantor guru, kantor
administrasi, atau yang paling menjadi idola itu ruang tamu. Maklum bisa tebar
pesona jika ada tamu ustadz atau
pondok putra, ya meski yang melanggar bahasa harus dengan ekstra percaya diri
menggunakan kotak kardus bertuliskan “ana
mukholifatul lughoh hadzal yaum” (saya melanggar bahasa hari ini) dalam
satu hari mulai dari setelah keluar dari ruang bagian bahasa sampai kegiatan
bersih-bersih selesai.
Masa
Kuliah
Kuliah
saya di UIN Malang, mengambil jurusan Psikologi. Satu tahun tinggal di asrama
yang lumayan untuk mahasiswa baru, satu tahun wajib belajar bahasa arab mulai
siang sampai malam. Yang paling berkesan yaitu pada saat kuliah saya pernah
jualan permen di kelas gara-gara saya
sering bawa permen dan banyak yang minta (hahaha…).
Saat praktikum psikologi saya dan teman-teman sibuk mencari klien entah itu
anak SD, anak-anak SMP, atau terkadang orang dewasa. Selain itu, kami pergi ke
rumah sakit jiwa untuk observasi penderita kelainan jiwa.
Dan
yang sangat berkesan itu pada saat PKL di Ponorogo di salah satu desa yang
sangat terkenal di media massa yaitu kampong idiot. Karena PKL di sekolah,
rumah sakit, kepolisian itu hal biasa maka saya dan 13 orang lainnya bersedia
untuk mengadakan PKL di Ponorogo. Ah, kenangan itu.
Setelah
menikah
Setelah
menjelajah ke Jombang, Ponorogo, dan Malang. Sekarang setelah menikah saya
langsung diboyong oleh suami ke Batam (alamak, jauh nian hahaha). Ya, namanya
juga jodoh. Suami saya bekerja di sebuah pembangkit listrik di Batam, alhasil
saya dengan rasa sedih meninggalkan keluarga besar saya yang berada di Jombang.
Sekarang saya mengajar di salah satu Sekolah swasta di Batam sebagai guru
bimbingan dan konseling.
Awalnya
merasa aneh berada di Batam, mulai dari rasa makanannya, cuacanya yang ekstra
panas, bingung karena sendiri belum punya kenalan, sampai bingung dengan adegan
para tukang sayur yang setiap membeli sayur harus ditimbang terlebih dahulu,
buat saya tidak masalah tapi yang membuat saya tertawa itu saat saya membeli
daun seledri 2 tangkai itupun harus ditimbang terlebih dahulu (hahahaha,ampun deh). Tapi sekarang Alhamdulillah
semuanya sudah aman, saya sudah menemukan tempat-tempat makanan yang sesuai
dengan selera orang Jawa dan sudah bisa menikmati kota Batam yang kecil ini.
Bagi saya menjadi seorang
perantau itu menjadi hal yang sangat mengesankan, indah dan banyak pengalaman
yang saya dapatkan. Entah itu hal yang baik maupun yang tidak baik, tapi saya menikmati sekali menjadi petualang dan
perantau sejati.
Artikel ini diikutkan dalam Giveaway gendu-gendu rasa perantau
Thursday 21 February 2013
[BeraniCerita #2] Tak Peduli
Gendis
masih membolak-balik lembaran buku yang ada di depannya, setelah ia baca sampai
akhir perlahan ia mencari kertas dan bolpoin lalu menulis ulang sebuah puisi
apik duo antara Dewa dan HM Zwan.
“izinkan aku meramumu dalam senja”
***
Meski ku tahu dan
ku tak mau tahu
Tiap jengkal
waktu kuramu setiap rasa yang jemu
Karena ku tahu
itu karena ulahmu
Adakah secuil
ramuan indah yang kau ramu untukku?
***
Bahkan aroma
nafas tubuhmu tak lagi mampu kukecap
Hanya sekejap kau hadir untuk kembali berlalu
Sudikah berlama di dermagaku?
Hingga sempurna ramuan yang kau buat mampu kurasa
***
Sungguh, diantara luasnya mata memandang
Hanya sekejap kau hadir untuk kembali berlalu
Sudikah berlama di dermagaku?
Hingga sempurna ramuan yang kau buat mampu kurasa
***
Sungguh, diantara luasnya mata memandang
Diantara ribuan
gemerlap cahaya lampu neon
Hanya kau yang
ada dalam silauan senja
Meski kicauan
burung tak pelik terus menggodaku dalam remang
Percayalah, aku
ada…hanya untukmu
***
Sekarang, dan
saat ini
Ditemani
secangkir kopi buatan kang japri
Aku masih
meramumu dalam senja
Dengan romansa
indah yang kita lalui bersama
Dengan indra
perasaku, meski pahit
***
Duhai kau yang membuatku jatuh pada senja
Ramulah aksaramu, seindah yang kau mampu
Hingga mampu kuraba sebelum senja benar-benar berganti malam
Dan rona keemasannya berganti pekat...
Duhai kau yang membuatku jatuh pada senja
Ramulah aksaramu, seindah yang kau mampu
Hingga mampu kuraba sebelum senja benar-benar berganti malam
Dan rona keemasannya berganti pekat...
***
Yours…Gendis Pratiwi
Pagi-pagi
Gendis sudah berada di kampus dan segera menelpon pak kurdi penjaga kampus
untuk menemuinya. Sesampainnya pak kurdi di kantor fakultas kedokteran, Gendis
memberikan pak kurdi sebuah amplop berwarna biru muda dan setangkai bunga mawar
putih.
“pak kurdi…biasa,nitip buat
Libert ya?? .”ucap
Gendis sambil tersenyum
“siap bu Gendis yang cantik…”
Tak
lama setelah pak kurdi keluar dari kantor Gendis, ia melihat sosok Libert yang
sedang memarkir sepeda motornya. Cepat-cepat pak kurdi berlari mendekati Liber untuk memberikan amplop dan setangkai bunga
mawar putih.
“mas Libert..ini ada titipan”
“dari siapa pak..??”
“biasa…bu dosen, bu Gendis”
Dengan
malas Libert melihat amplop dan membacanya,
dear Libert Abimanyu.
“yaelah pak,kan sudah beberapa
kali saya bilang. Saya sudah menikah, ini buat pak kurdi ajalah”ucap Libert
sembari berlalu
Dari
jauh Gendis terlihat lemas melihat surat dan bunganya ditolak oleh Libert, ia sudah tidak peduli lagi padaku batinnya
lirih. Sementara itu langit terlihat mendung, dari jauh suara petir terdengar
lantang. Gendis Pratiwi, seorang dosen cantik dan juga wanita simpanan Libert
berjalan dengan airmata bercucuran, ia tidak memperdulikan muntahan hujan yang jatuh
membasahi tubuhnya,iapun perlahan lunglai dan terjatuh.
#####
“ Flash Fiction ini disertakan dalam Giveaway
BeraniCerita.com yang diselenggarakan oleh Mayya dan Miss Rochma."
Thursday 14 February 2013
[BeraniCerita #1] Lipstik Merah
Selasa, sebelum senja menghampiri.
Firna menghampiri Zian yang sedang membereskan meja kerjanya, sudah pukul 17.00
waktunya pulang. Tapi sebelum Zian meninggalkan meja kerjanya Firna mengajaknya
untuk menemani mencari lipstik di mall
yang tepat berada di samping gedung kantor mereka.
”Bagusnya yang
warna apa ya Zie?”
”Ihhh daritadi
warna apa mulu,cobain habis itu hapus cari warna lagi. Udah ah terserah kamu
Fir”
Dengan wajah yang sudah hampir
dilipat-lipat, mulut manyun lima senti Zian dengan wajah kecut langsung berpaling
dan mencari tempat duduk. Sementara Firna melanjutkan aktivitasnya mencari
warna lipstik yang cocok menurutnya.
”Makannya Zie
jadi cewek dong jangan cuma jadi cewek di KTP aja”
“Sial,ampun deh.
EGP, yang penting ane cewek. Titik!!”ujarnya sambil terus membaca buku
Partikelnya Dee Lestari
“Untung mas
Tian mau sama kamu”
“Ih ih…maksud
loehhh??gue harus bilang wow gitu??Yuk ah,tar keburu malem besok kan ngantor
lagi kita. Capek nih nemenin kamu shoping daritadi”
“yukkkk”
***
Semua orang kantor tahu bahwa Zian adalah
seorang wanita pekerja keras, sejak bekerja menjadi fotografer di salah satu
majalah ternama di ibu kota. Ia tak lagi seperti dulu, saat kuliah ia
benar-benar wanita tulen. Pagi-pagi sudah siap pergi ke kampus dengan
dandananya yang rapi dan cantik. Namun tidak untuk sekarang, semuanya berubah drastis
sejak menjadi fotografer. Dengan khasnya celana panjang, kaos, jam tangan,
topi, dan ransel di punggungnya. Meski sudah menjadi istri dari seorang
pengusaha sukses, itulah Zian. Meskipun sempat di komplain oleh Tian, suami
Zian tapi ia lebih nyaman dengan keadaannya sekarang.
***
14 Februari 2013
Pukul 00.01
”Selamat ulang tahun sayang…”
Dengan mata masih terpejam, samar-samar Zian
mendengar suara suaminya tepat di daun telinganya. Ia pun lalu tersenyum kearah
suaminya yang berada di depan matanya. Di meja sudah ada kue mini berbentuk love dan sebuket bunga mawar, setelah
Zian meniup lilinya Tianpun menyodorkan pisau untuk selanjutnya memotong kue
tersebut. Saat Zian memotong kue tiba-tiba ia merasa ada benda keras di dalam
kue karena tidak bisa di potong, Zian
langsung membelah kue tersebut dan ternyata benda tersebut adalah lipstik berwarna
merah.
”Ih,mas Tian
apaan nih kok lipstik??tapi cantik”
Tianpun langsung tersenyum dan memberikan sepucuk
kertas berwarna merah muda kepada Zian.
Kepada
istriku tercinta : Zian Faradisa
Katamu,bukankah
aku rembulan itu..
Iya sayang,seluruh
jagadpun tau,
Bahwa
kamu adalah rembulan yang selalu menyinari hatiku
Tak peduli
siang atau malam
Tuhan,terima
kasih sudah menghadiahkan peri yang cantik ini
I
love you Zian Faradisa….
Your heart
: Tian Syauqillah
“Terima kasih sayang…I love you too”
Dengan berlinang air mata, Zian langsung memeluk erat
suaminya.
“Yaudah,yuk
kita tidur lagi, besok sampaikan salam mas
ke Firna ya”
“Heh???Firna???”
“Iya, Firna ponakanku…bilang
makasih sudah bantu mas mencarikan lipstik merah buat kamu sayang”
“Heh???aaaaaa….mas
curangggggg…..”
Seperti biasa perang bantalpun dimulai, hingga suara
mereka tak terdengar lagi yang tertinggal hanya suara angin malam.
*************
"Flash Fiction ini disertakan dalam Giveaway
BeraniCerita.com yang diselenggarakan oleh Mayya dan Miss Rochma."
Subscribe to:
Posts (Atom)