Sunday 6 December 2020

Kebiasaan Saat Marah

Kebiasaan Saat Marah. Pernah marah?menurut KBBI marah berarti sangat tidak senang (karena dihina, diperlakukan tidak sepantasnya, dan sebagainya). Marah merupakan salah satu cara untuk meluapkan emosi. Respon terhadap sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan. Emosi sendiri banyak bentuknya, salah satunya berupa marah. Kalau marahnya masih sebatas marah biasa atau normal, itu wajar. Tapi kalau sering marah tanpa alasan bisa jadi ada gangguan. Karena akan berdampak negatif baik unuk segi fisik dan psikis. Semoga marah-marahnya kita termasuk marah yang masih wajar ya..


Saat marah, pastikan kita bisa mengendalikan dengan baik. Jangan sampai kemarahan kita berdampak buruk bagi diri sendiri maupun lingkungan kita. Ada banyak penyebab mengapa orang marah, tentunya ada hal yang mengusik dirinya. Ada perilaku yang tidak mengenakkan, sehingga emosi marah muncul dengan sendirinya. 

Nggak semua marah karena hal-hal besar. Hal-hal sepele juga seringkali membuat marah lho. Jangan jauh-jauh deh, contoh paling sederhana. Anak numpahin air terus airnya dibuat mainan, jiwa emak-emak pasti deh keluar, langsung marah wkwkwk. Tapi ada juga kok emak-emak yang selow hehehe. 

Menurut Allan Achwartz, Ph,D Psikolog dari MentalHelp.net, mengatakan sebenarnya melupakan amarah adalah reaksi yang baik. Karena amarah bukan suatu ekspresi yang sehat juga bila terlalu sering ditahan. Marah merupakan reaksi, respon terhadap sesuatu yang bersebrangan dengan keinginan kita. Lalu, bagaimana caranya agar saat marah kita tidak melakukan hal-hal yang merugikan. Berikut kebiasaan yang sering banget saya lakukan saat marah :

1. Membaca taawudz dan istighfar

Saat sedang marah biasanya saya langsung membaca taawudz dan istighfar, langkah awal yang cukup baik saat berada dalam situasi yang tidak mengenakkan atau yang membuat kita tidak nyaman. 

2. Jangan membalas, diam lebih baik

Kalau sedang berselisih dan saling menyahut, saya lebih memilih tidak membalas dan diam. Mendengarkan apa yang lawan sampaikan. Dengan seperti ini biasanya kita bisa lebih tenang, bisa lebih mencerna. Jika sudah reda dan sama-sama sudah diam beberapa waktu, kita bisa selesaikan dengan hati lapang. 

3. Ambil wudhu

Kekuatan wudhu memang nggak ada duanya, saat marah lebih baik segera ambil wudhu. Ini rasanya memang berbeda, hati lebih adem gitu. Istilahnya setelah wudhu, beban yang ada, emosi yang dalam tiba-tiba berubah seketika. 

4. Beberes rumah

Coba siapa disini yang kalau marah larinya ke beberes rumah?saya tipilkal yang kalau marah dan bingung, pasti larinya ke cuci piring. Jadi cuci piring ini jadi ajang  seperti terapi buat saya, mungkin nggak hanya saya sendiri. Karena ternyata ada teman-teman saya yang juga terbiasa melakukan hal-hal sepele seperti ini saat marah. Obat mujarab banget sih...cuci piring sama bersihin kamar mandi, wkwkwkwk. Rasanya kalu sudah bersih, hati tentrem banget gitu rasanya ahahaha.

5. Makan

Pernah nggak sih waktu marah  terus kita cari makanan?konon dengan makan emosi kita menjadi tenang. Betul nggak sih?. Ini sama aja dengan mengalihkan perhatian. Daripada emosi, marah-marah, kesel, makan aja. Jalan ninja menuju ketenangan. Lumayan sering sih saya mengalihkan marah lewat makanan, kadang malah bikin sesuatu gitu. Misalnya bikin roti atau pizza, karena lumayan lama prosesnya jadi lama-lama lupa sama marahnya. Lumayan terkontrol.

Marah merupakan emosi yang normal jika masih sebatas marah yang wajar. Saat marah pastikan kita sadar sesadarnya, sehingga kita bisa dengan mudah mengendalikan marah kita. Seperti mengucap istigfar, tidak menyulut amarah dan  lebih baik diam. Jangan sampai efek dari marah menimbulkan ha-hal yang merugikan bagi diri sendiri dan orang lain. Semoga marah kita masih sebatas kategori marah yang wajar ya..


Teman-teman, kebiasaan apa sih yang biasanya dilakukan saat marah?

 




1 comment:

  1. aku juga biasanya meluapkan kemarahan dengan cuci-cuci. tapi lebih mantap kalo cuci baju. aktifitas kucek baju bisa meredakan kemarahan. baju bersih dan marahnya bisa berkurang hehehe

    ReplyDelete