Wednesday 27 February 2013

[Balada Perantau] Dari Jombang Sampai Batam


Bicara soal rantau merantau, dari kecil saya sudah jauh sama orangtua. Mulai usia taman kanak-kanak hingga sekarang, untuk itu satu persatu tempat akan saya uraikan dengan baik sesuai dengan ingatan tajam saya untuk hal itu.
Taman kanak-kanak hingga SD
Berawal ketika bangun tidur saya tiba-tiba saja menagis histeris minta di pondokin, sampai-sampai ibu dan abah saya bingung, sampai akhirnya paman saya membujuk orangtua saya untuk membawa saya ke salah satu pesantren yang ada di daerah Mayangan Jombang. Dari sinilah saya belajar banyak hal, bangun tidur pukul 04.00, jika tidak bangun siap-siap saja ada cipratan air dari pengurus kamar, kebetulan mandi masih dimandikan karena masih usia 4 tahun. Selain belajar tentang kemandirian sejak usia dini, saya juga belajar agama yaitu hafalan al-qur’an. Ada satu tanda sebangai tanda kenang-kenangan dalam hidup saya yang tidak akan bisa terhapus yaitu hidung saya ada bekas jahitan, karena main timba jaman dahulu yang masih pakai pompa.
SMP dan SMA
Setelah lulus SD abah saya langsung membawa saya ke Ponorogo dan memasukkan saya ke salah satu pesantren putri di daerah Jetis. Disinilah kenangan manis terurai, sepertinya tidak ada kenangan pahit yang saya ukir di pesantren ini selama 7 tahun. Aktivitas di pesantren ini dimulai dari pukul 04.00-22.00, dari peristiwa-peristiwa yang paling saya ingat adalah kalimat yang diucapkan oleh adik kelas saya “ukhti HM ya,terkenal tuh…”. Kebetulan saya di pesantren dipanggil HM karena nama saya banyak yang sama akhirnya alternatifnya adalah sebutan HM. Di pesantren ini komunikasinya menggunakan dua bahasa yaitu satu minggu bahasa arab-satu minggu bahasa inggris, jadi ketika kami tidak menggunakan bahasa arab maupun inggris satu katapun maka ada mata-mata yang menulis nama kita dan akhirnya masuk dalam catatan siswa pelanggar bahasa. Dan saya menjadi salah satu nama dari sekian nama teman-teman yang sering melanggar bahasa, jika tidak melanggar bahasa pasti melanggar kebersihan (hehehe ampun deh).
Jika sudah melanggar bahasa, maka siap-siap saja dengan hukuman yang sudah berlaku yaitu shalat dhuha saat istirahat pertama, istirahat kedua keliling lapangan sekolah sambil menjinjing munjid (kamus bahasa arab yang tebal), setelah shalat ashar bersih-bersih entah membersihkan masjid, kantin, kantor guru, kantor administrasi, atau yang paling menjadi idola itu ruang tamu. Maklum bisa tebar pesona jika ada tamu ustadz atau pondok putra, ya meski yang melanggar bahasa harus dengan ekstra percaya diri menggunakan kotak kardus bertuliskan “ana mukholifatul lughoh hadzal yaum” (saya melanggar bahasa hari ini) dalam satu hari mulai dari setelah keluar dari ruang bagian bahasa sampai kegiatan bersih-bersih selesai.

Masa Kuliah
Kuliah saya di UIN Malang, mengambil jurusan Psikologi. Satu tahun tinggal di asrama yang lumayan untuk mahasiswa baru, satu tahun wajib belajar bahasa arab mulai siang sampai malam. Yang paling berkesan yaitu pada saat kuliah saya pernah jualan permen  di kelas gara-gara saya sering bawa permen dan banyak yang minta (hahaha…). Saat praktikum psikologi saya dan teman-teman sibuk mencari klien entah itu anak SD, anak-anak SMP, atau terkadang orang dewasa. Selain itu, kami pergi ke rumah sakit jiwa untuk observasi penderita kelainan jiwa.
Dan yang sangat berkesan itu pada saat PKL di Ponorogo di salah satu desa yang sangat terkenal di media massa yaitu kampong idiot. Karena PKL di sekolah, rumah sakit, kepolisian itu hal biasa maka saya dan 13 orang lainnya bersedia untuk mengadakan PKL di Ponorogo. Ah, kenangan itu.

Setelah menikah
Setelah menjelajah ke Jombang, Ponorogo, dan Malang. Sekarang setelah menikah saya langsung diboyong oleh suami ke Batam (alamak, jauh nian hahaha). Ya, namanya juga jodoh. Suami saya bekerja di sebuah pembangkit listrik di Batam, alhasil saya dengan rasa sedih meninggalkan keluarga besar saya yang berada di Jombang. Sekarang saya mengajar di salah satu Sekolah swasta di Batam sebagai guru bimbingan dan konseling.
Awalnya merasa aneh berada di Batam, mulai dari rasa makanannya, cuacanya yang ekstra panas, bingung karena sendiri belum punya kenalan, sampai bingung dengan adegan para tukang sayur yang setiap membeli sayur harus ditimbang terlebih dahulu, buat saya tidak masalah tapi yang membuat saya tertawa itu saat saya membeli daun seledri 2 tangkai itupun harus ditimbang terlebih dahulu (hahahaha,ampun deh). Tapi sekarang Alhamdulillah semuanya sudah aman, saya sudah menemukan tempat-tempat makanan yang sesuai dengan selera orang Jawa dan sudah bisa menikmati kota Batam yang kecil ini.

Bagi saya menjadi seorang perantau itu menjadi hal yang sangat mengesankan, indah dan banyak pengalaman yang saya dapatkan. Entah itu hal yang baik maupun yang tidak baik, tapi  saya menikmati sekali menjadi petualang dan perantau sejati.

Artikel ini diikutkan dalam Giveaway gendu-gendu rasa perantau

23 comments:

  1. bisa ni mbak privat bhasa Arab? hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Xixixi...bisa bisa...
      Assalamualaikum.....bismillah....:)

      Delete
  2. Huwaaa., ternyata ya! Pernah di pesantren juga di UIN., ampuuun.. ilmunya sudah mumpuni ini... Ayo,, ayo ditunggu kuliahnya di Bogor (^,^)/


    Sukses buat GA-nya

    ReplyDelete
    Replies
    1. xixixixix....ah,gen terlalu berlebihan hehe...
      wah kl ke bogor ya jalan2lah hehehe....

      Delete
  3. mbak e, pantesan dari kecil udah di pesantren enak gag seh mbak, niar tuh pengen juga tapi kok yaa masih kuliah dan kerja yaa :D

    eeh batam katanya kotannya kejam lebih kejam dari ibu kota bener gag seh mbak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. xuixixixixixi..iyha nduk,masuk penjara suci dari orok hehehe.....enak bangettttttt,pas kuliah jg pingin mondok tapi pondoknya krg sip hehe....

      eh eh,,,sepertinya kejam ibu kota nduk,disini kl dah betah nggak mau pulang kampung hehhe

      Delete
  4. Assalamu'alaikum warrahmatullah

    Salam ukhuwah, Mbak :)
    Pertama kali singgah kemari, semoga bukan yang terakhir :)

    Wah, Mbak, mau tanya. Di kakinya ada tahi lalatnya gak? Soale kata orang2 tua dulu, kalau ada tahi lalatnya langkahnya panjang, alias suka merantau hehehehe

    lama gak ikutan GA, jadi tertarik. Tapi ngomong2 deadlinenya kapan, ya? Klik artikel :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. waalaikumsalam wr wb mbk anazkia..... :D
      oh gtu???lihat ah,yeaaaa adddaaaaa kecil panjang juga semoga berkahlah,siapa tau bisa keliling dunia amin hehehe........

      klik aja,hari ini terakhir :D

      Delete
  5. Mba Hanna.... Luar biasa indah dan kaya pengalaman merantaumu mba... Bahkan starting at early age. 4 tahun? Ckckckck...

    Salut deh mba... Senang banget membaca artikel ini. Semoga menang yaaa! :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. xixixix,,,ah mbk al,baru keliling jawa timur sama batam aja belum sampe keluar indonesia kyk mbk al hihihi....
      makasih mbk dah mampir :D

      Delete
  6. ih, kenapa foto kita yang nggak oke itu? hihihi, ada foto yang oke is, yang dibalik karpet itu lho :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahahaha....itu kan dulu,sekarang dah beda....nggak ada say,foto2 tersimpan rapi di leptop di Jawa hehehe

      Delete
  7. kisah merantau yang takkan pernah terlupakan ya Mba..
    sukses dech ngontesnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. heheheh,,bener banget mas jasa,makasih dah mampir :D

      Delete
  8. mantaaps deh udah sampai mana mana... saya paling jauh dari emak itu cuma nge kost di mampang , rumah di Bekasidan saban minggu ditengokin hihihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. xixixixi,,,,nggak tau juga kebetulan kakak2ku semuanya di pondokin alhasil anak terakhir jg nggak ketinggalan di buang ke penjara suci mbk rina hihihi....

      Delete
  9. kalau nanti pascal ada PR Bahasa Arab bisa tanya ya :)

    ReplyDelete
  10. Wowww gawul @.@
    Dari kecil dah merantau yak... :D

    ReplyDelete