Monday 21 November 2011

Jangan Panggil Aku Autis,






Pukul 13.22

Mataku tertuju pada sosok itu

Ia berdiri di tengah jalan

Didepannya terlihat tiga anak kecil

Entah akupun perlahan bangkit dari kursiku

Mencoba menghampiri mereka

****

Perlahan ku berjalan mendekati mereka

Sukari, ya itu Sukari

Ia memegang kedua tangan anak kecil itu

Sambil berkomat-kamit, terus menerus

Sesekali mengadahkan kepalanya kelangit

Sembari mengernyitkan matanya

Panas,

****

Aku berdiri di belakang Sukari

Dua anak kecil yang berada di depan Sukari

Hanya bisa melihat temannya

Kedua tangannya dipegang erat oleh Sukari

Mencoba ku memegang tangan Sukari

“Lepaskan nak,”

“Ini bu is anaknya nakal. Ngatain aku Autis!!”

****

Sukari masih saja memegang erat kedua tangan anak kecil itu

Si anak tak mampu berucap

Hanya tersenyum ke arahku dengan dahi mengkerut

Aku tahu ia merasa kesakitan

Ku elus tangan dan punggung Sukari

“Lepaskan nak,”

“Dia nakal bu is, ngatain aku Autis..”

Ucapnya berkali-kali

****

Lagi, aku menoleh ke arah anak kecil itu

Dengan seksama

Kamu lagi…??

Ujarku dalam hati

Sambil melihat mata sayunya

Dengan perasaan sedikit marah

Aku bisa melepaskan genggaman erat Sukari

****

Anak kecil itu dan dua temannya seketika lari menjauh

Aku melihat wajah riang mereka

Tak ada beberapa detik ku menoleh ke Sukari

“Autis…ye ye ye ye…Autis…ye ye ye ye”

Tanpa berpamitan

Tiba-tiba Sukari berlari mengejar mereka

Dari teras lantai dua

Para siswa tertawa dan memberi tepukan serta teriakan terdengar riuh

****

Ditengah jalan,

Mataku terus melihat kearah Sukari

Entah, tiba-tiba ia melihatku

Dan berlari cepat menghampiriku

“Itu bu is, anaknya nakal..”

Dua kali bahkan lebih ia berucap kalimat itu

Sesekali sambil menggigit kuku

Dan mengadahkan kepalanya ke langit

****

“Jangan bilang ke pak Fikri bu Is…”

Kalimat itu terdengar manja ditelingaku

Sukari selalu mengeluh dengan kalimat tersebut kepadaku

Ketika sesaat setelah berkejaran dengan anak SD

Bahkan iapun sesekali melempar kepalan tangannya ke anak-anak kecil

Tak tanggung-tanggung,

Melempar batupun sudah menjadi kebiasaannya

****

Ah, Sukari

Sosok remaja yang menjadi tanggung jawab kami

Aku dan teman-teman seperjuangan

Meski kau tak seperti anak yang lain

Tapi segala hal kau bisa selesaikan lebih awal

Dan, inilah yang membuatmu berbeda dari teman-temanmu

%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%

…Jangan mencubit, jika tidak ingin di cubit…

Malang, 26 Mei 2011

…Teruntuk anak khususku, Kau HEBAT nak,,,!!!

…Dari seorang wanita yang ingin menjadi lilin untuk para anak didiknya.

5 comments:

  1. berkunjung sob..sukses selalu yah..:)
    salam kenal aje..

    ReplyDelete
  2. Kunjungan baliiikk ^_^

    Mba, kisah nyata?

    ReplyDelete
  3. -----outbond.....yub, salam kenal..makasih dah mampir :)




    ----mbak irly.....makasih mbak dah mampir :)
    iyha, muridku.sempat kerja di sekolah yang ada ABK-nya :)

    ReplyDelete